Beberapa waktu yang lalu, kami mendapat tugas untuk mencari berbagai informasi mengenai alat tes Stanford-Binet. Saat itu, saya mendapat tugas untuk mencari informasi mengenai interpretasi alat tes tersebut. Berikut adalah berbagai informasi yang saya temukan mengenai interpretasi alat tes Stanford-Binet edisi kelima (SB5).
INTERPRETASI SKOR
Stanford-Binet Fifth Edition (SB5) mengukur hal-hal berikut:
-
Skor verbal dan nonverbal umum
-
Full Scale
Intelligence Quotient secara keseluruhan.
-
Skor gabungan (composite
score) yang membahas kemampuan umum secara keseluruhan di lima area. Kelima
area ini berhubungan dengan model CHC (Carroll-Cattell-Horn) five factor yang menjadi dasar
perancangan SB5.
Dalam SB5 termasuk sepuluh subtes yang juga dapat digunakan
untuk menganalisis dan masing-masingnya dibagi di antara lima konstruksi menjadi
verbal dan nonverbal.
Langkah-Langkah Interpretasi SB5
Berikut adalah tujuh langkah
strategi menginterpretasi Stanford-Binet Fifth Edition seperti yang dikutip
oleh Gale H. Roid & R. Andrew Barram (2004) dalam buku Essentials of Stanford-Binet Intelligence
Scale (SB5) Assessment, dari Stanford-Binet Fifth Edition, Examiner’s
Manual oleh Gale H. Roid, Ph.D. Copyright 2003 by The riverside Publishing
Company.
Langkah 1: Asumsi (Assumption)
Asumsi pertama adalah instruksi
terstandar diikuti secara tepat. Ketika prosedur terstandar diubah, penggunaan
interpretasi normatif akan beresiko. Perubahan prosedur dapat membuat
perbandingan normatif menjadi tidak berlaku. Begitu juga jika ada kondisi fisik
atau faktor lainnya yang terjadi pada testee selama pemeriksaan yang
mempengaruhi kinerja testee.
Contohnya, misalnya testee
memiliki kerusakan tulang yang signifikan dan tidak dapat berespon secara
akurat pada beberapa item tes,
seperti memindahkan balok atau yang lainnya. Seperti yang diuraikan dalam
Braden dan Elliot (2003), modifikasi diperlukan (dan mungkin dibutuhkan
berdasarkan panduan etis dan hukum) dan dapat diaplikasikan pada SB5.
Bagaimanapun, modifikasi yang mengubah administrasi terstandar dengan
menyediakan waktu tambahan atau bantuan tambahan oleh tester dapat mengubah
asumsi dasar pengetesan. Modifikasi yang signifikan dapat membuat penggunaan
tabel standar norma menjadi tidak berlaku, dan kesimpulan dari interpretasi tes
harus diadaptasi.
Asumsi dasar lainnya adalah
administrasi tes yang valid dilakukan. Beberapa factor dapat membuat sesi
pengetesan tidak valid. Sumbernya dapat berupa penyakit atau gangguan yang
ekstrem dari testee, interupsi yang tidak diperkirakan, subtes yang rusak
(contoh kerusakan yang fatal misalnya mengakhiri terlalu cepat, kehilangan
material tes, dan kecelakaan lain yang tidak diperkirakan), dan kejadian tidak
biasa lainnya yang terjadi di sekitar tempat pengetesan. Jadi, interpretasi harus
disesuaikan jika sesi pengetesan disepakati. Alternatifnya adalah skor IQ dapat
diperbaiki dengan menggunakan tabel jumlah skor berskala yang dibagi rata
(Roid, 2003c, p.256). Hal ini harus dicatat pada form pencatatan SB5 dan dalam laporan yang digunakan untuk
menggambarkan hasil pengetesan.
Langkah 2: Latar Belakang dan Konteks (Background and Context)
Etnik, jenis kelamin, agama,
budaya, atau karakteristik latar belakang testee yang lain dapat memberikan
efek pada interpretasi tes. Langkah ini memperhatikan konteks sebagai efek dari
latar belakang testee yang mempengaruhi interpretasi hasil SB5.
Testee dengan latar belakang
budaya yang unik atau memiliki riwayat imigrasi yang baru memiliki tingkat
akulturasi yang beragam. Karenanya, pemeriksa harus sadar bahwa status
akulturasi harus dinilai dan menggunakan teknik interview atau metode lain untuk mengetahui tingkat dan tipe
akulturasi yang diperoleh oleh testee.
Konteks dari testee dapat
mempengaruhi keterampilannnya mengikuti pemeriksaan atau sikapnya terhadap
pemeriksaan.
Langkah 3: Nonverbal
Versus Verbal
Gabungan keduanya merupakan starting point terbaik untuk
menginterpretasikan SB5. Gabungan IQ nonverbal dan verbal ini disebut dengan
Full Scale IQ (FIQ). Akan tetapi, jika terdapat perbedaan yang signifikan
diantara skor nonverbal dan verbal, maka FIQ tidak dapat menggambarkan tingkat
pemfungsian secara tepat.
Aturan umum untuk menginterpretasi
adalah:
a. Pertama kali, periksa perbedaan NVIQ (Nonverbal IQ)
dibandingkan VIQ (Verbal IQ) yang signifikan secara klinis dan statistik.
b. Interpretasikan FSIQ jika perbedaannya kecil dan tidak perlu
dipertimbangkan (secara statistic atau frekuensi). Perbedaan yang dianggap
penting secara klinis adalah perbedaan yang lebih dari 14 poin.
Pengertian Skor IQ SB5:
· Full Scale IQ (FSIQ) mengukur
kemampuan yang berbeda-beda secara kompleks, mencakup kemampuan untuk menalar
kata-kata dan visual material,
kemampuan untuk menyimpan dan kemudian memanggil kembali (retrieve) serta mengaplikasikan pengetahuan penting, lebarnya
rentang memori mengenai detil visual dan kata-kata, kemampuan spatial-visualization, dan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah baru yang berhubungan dengan angka-angka dan konsep
angka.
· Nonverbal IQ (NVIQ) mengukur
keterampilan penalaran dalam menyelesaikan permasalahan abstrak yang
berorientasi gambar, mengingat fakta dan gambar (figures) yang diberikan dalam tampilan visual, menyelesaikan
permasalah numerical yang
diperlihatkan dalam bentuk gambar, mengumpulkan puzzle visual, dan mengingat informasi yang diberikan dalam visual space seperti block-tapping sequences. NVIQ
memperlihatkan bagaimana seseorang memanggil kembali (retrieve) dan memanipulasi informasi yang diberikan dalam bentuk
kata-kata dan kalimat yang tertulis atau disampaikan secara lisan.
· Verbal IQ (VIQ) mengukur
kemampuan penalaran verbal umum, yaitu memecahkan masalah dalam bentuk
kata-kata, kalimat, atau cerita yang diberikan secara tertulis maupun
disampaikan secara lisan. VIQ menggambarkan kemampuan testee untuk menjelaskan
detail dan kejadian-kejadian dengan jelas, secara verbal memberikan alasannya
terhadap jawaban permasalahan yang ia berikan, mengingat detail dari kata-kata
dan kalimat yang diucapkan, dan menjelaskan hubungan spasial.
Langkah 4: Full Scale IQ
FSIQ menyediakan indeks ringkasan
kemampuan kognitif umum yang paling global mengenai lima faktor kognitif yang
diukur oleh SB5. FSIQ juga merupakan indeks yang paling reliabel dibandingkan
semua skor SB karena FSIQ didasarkan pada semua bagian tes dan penelitian
memperlihatkan adanya konsistensi secara internal. Peneliti teori inteligensi,
seperti Carroll (1993) dan Gustafsson (1984), mengatakan bahwa FSIQ
memperkirakan kemampuan umum (g = general
ability) yang mendasari semua skor dalam rangkaian tes kognitif pada
umumnya.
Kauffman (1990) menemukan bahwa general ability (FSIQ) sangat
berhubungan dengan jumlah tingkat pendidikan yang diselesaikan, tingkat
pekerjaan, dan kriteria lainnya yang penting dalam masyarakat. Meskipun tidak
secara sempurna memperkirakan tingkah laku masa depan, FSIQ merupakan salah
satu prediktor paling kuat terhadap kesuksesan secara keseluruhan dalam
pendidikan dan pekerjaan dibandingkan alat pengukuran psikologis lain yang
tersedia. Tentunya tidak ada alat tes inteligensi tertentu yang dapat mengukur
semua atribut individu yang mengarah pada kesukesan di sekolah, pekerjaan, dan
kehidupan. Dimensi-dimensi yang tidak diukur oleh FSIQ dari SB5 diantaranya
adalah kemampuan atletik (athletic
ability), kemampuan musikal (musical ability),
kreativitas (creativity),
keterampilan kehidupan sehari-hari (daily
living skills), dan ketekunan (perseverance).
Oleh karena itu, FSIQ memainkan peranan penting dalam interpretasi tes, tetapi
tidak seharusnya dijadikan satu-satunya kriteria untuk mengevaluasi potensi seseorang
untuk sukses di kehidupan.
General ability yang
digambarkan dalam FSIQ juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
yang dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja kognitif (cognitive performance). Misalnya, kemiskinan atau kehilangan budaya
(cultural deprivation), penyakit atau
luka yang tidak sengaja, dan kekerasan atau siksaan dapat menurunkan pemfungsian
kognitif sesesorang. Sementara kekayaan, kesehatan, dan lingkungan yang
melindungi dapat meningkatkan pertumbuhan kognitif. Oleh karena itu, FSIQ
seharusnya tidak diberikan dalam bentuk single
number yang berupa kualitas yang tidak berubah, statis, dan berlaku
sepanjang hidup. Semua IQ seharusnya diberikan dalam rentang skor yang mungkin
karena tingkat kesalahan pengukuran muncul di semua skor.
Misalnya: Skor FSIQ testee adalah
73. Skor dengan tingkat kepercayaan 90% berada pada rentang 71-77. Skor dengan
tingkat kepercayaan 95% berada pada rentang 70-78.
Rentang kepercayaan tidak simetris
di sekotar skor testee, berdasarkan rekomendasi dari Dudek (1979). Rentang dibuat
dengan pusatnya adalah perkiraan true
score. True score diperkirakan mendekati mean (100), bukan mendekat observed
score.
Langkah 5: Skor Factor
Index (Factor Index Score)
Penggunaan 5 factor index score pada tingkat interpretasi selanjutnya memiliki
beberapa alasan, diantaranya:
1. Factor index score lebih reliabel dibandingkan skor subtes individual.
2. Factor index score berdasarkan penelitian yang luas terhadap kemampuan kognitif
selama hampir 50 tahun (misalnya Carroll, 1993; Cattell, 1943; Horn &
Cattell, 1966).
3. Matriks dari factor
index score ini merupakan standard
score yang umum digunakan dalam beberapa tes yang berbeda.
4. Faktor kognitif yang diukur oleh SB5 sejalan dengan teori CHC
(McGrew Woodcock, 2001) dan pendekatan cross-battery yang dikembangkan oleh McGrew dan Flanagan (misalnya:
Flanagan & Ortiz, 2001; McGrew & Flanagan, 1998)
SB5 mengukur 5 dari 10 CHC
(Cattell-Horn-Carroll) broad factors,
yaitu:
» Kemampuan untuk menyelesaian
permasalahan verbal dan nonverbal menggunakan penalaran induktif (khusus ke
umum) atau deduktif, terdiri dari pemecahan masalah yang baru, memahami
hubungan yang tidak terbatas secara budaya.
» Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan informal, yaitu akumulasi informasi
umum yang diperoleh seseorang di rumah, sekolah, dan tempat kerja.
» Fasilitas yang dimiliki individu
untuk memecahkan masalah angka dan numerik, yaitu pengetahuan mengenai
pemikiran matematis, termasuk konsep angka, perkiraan, pemecahan masalah, dan
pengukuran.
–
Visual-Spatial Processing
» Kemampuan individu untuk melihat
pola, hubungan, orientasi spasial, atau keseluruhan (gestalt whole) diantara potongan tampilan visual yang beragam.
» Proses kognitif dimana informasi
beragam disimpan di short-term memory
diperiksa, diurutkan, dan diubah.
Langkah 6: Perbandingan Subtes Nonverbal dan Verbal (Comparison of Nonverbal and Verbal Subtests)
Langkah yang dapat dilakukan adalah membandingkan masing-masing skor
subtes dengan skor subtes individu secara keseluruhan. Metode ini menyediakan
pendekatan konservatif untuk menemukan kekuatan dan kelemahan tanpa
menginterpretasi secara berlebihan perbedaan yang kecil.
Langkah berikutnya dalam membandingkan skor subtes adalah dengan
hati-hati membandingkan perbedaan yang besar antara masing-masing pasangan
subtes verbal dan nonverbal (misalnya: Verbal
Knowledge vs. Nonverbal Knowledge).
Terdapat sejumlah implikasi neuropsikologis terhadap perbedaan ini.
Berikut
adalah tabel hal-hal yang diukur oleh masing-masing subtes.
Langkah 7:
Interpretasi Kualitatif (Qualitative
Interpretation)
Berikut adalah tiga strategi utama untuk interpretasi
kualitatif SB5:
a. Menggunakan
tingkah laku saat sesi pengetesan untuk menegaskan interpretasi skor tes.
b. Testing the limits, boleh dikatakan,
dengan prosedur pengetesan kembali atau interview
yang mengikuti penyelesaian administrasi SB5 terstandar.
c. Beragam
interpretasi khusus untuk subtes tertentu.
Catatan
Hindari interpretasi berlebihan dari hasil SB5. Hasil asesmen
intelektual, seperti SB5, seharusnya tidak pernah diinterpretasikan secara
terpisah. Pemeriksa harus mempertimbangkan konteks evaluasi, kondisi lingkungan
pemeriksaan, tingkah laku dan mood testee
selama pemeriksaan, dan kemungkinan ketidakmampuan serta factor budaya atau bahasa. Hasil dapat
diinterpretasikan dengan kepercayaan diri tinggi ketika pemeriksa memasukkan
instrumen asesmen lainnya yang menunjang makna skor SB5. Instrumen asesmen tersebut
dapat mencakup interview klinis,
asesmen emosi dan kepribadian (emotional
and personality assessment), tes prestasi akademik (academic achievement test), asesmen memori dan neurological lainnya (memory
and other neurological assessment), assessment
of malingering. Penggunaan skor tanpa pemahaman kontesktual yang baik dapat
mengarah pada keputusan yang tidak tepat dan tidak etis.
Sumber:
Becker, K. A. (2003). History of the
Stanford-Binet intelligence scales: Content and psychometrics. (Stanford-Binet
Intelligence Scales, Fifth Edition Assessment Service Bulletin No. 1). Itasca,
IL: Riverside Publishing.
Chase,
Danielle. (2005). Underlying Factor
Structures of the Stanford-Binet Intelligence Scales – Fifth Edition. A
Thesis Submitted to the Faculty of Drexel University in partial fulfillment of
the requirements for the degree of Doctor of Philosophy.
Reynolds, C. R. & Kamphaus, R. W. (2003). Handbook of Psychological And Educational
Assessment: Intelligence, Aptitude, And Achievement (2nd Ed.). New York:
Guilford.
Roid, Gale H. & Barram, R. Andrew. (2004). Essentials of
Stanford-Binet Intelligence Scale (SB5) Assessment. John Wiley & Sons,
Inc.
Bandung, 5 Mei 2013
12:55 waktu laptopku