Wednesday, May 25, 2016

Ranah Psikomotor Simpson



Ranah psikomotor menurut Elizabeth Simpson (1966 dalam Thomas, 2004) fokus pada perkembangan keterampilan dari respon dipandu/guided response (yaitu melakukan apa yang diminta) sampai respon refleks atau kebiasaan (yaitu tidak harus berpikir tentang apa yang dilakukan), kemudian mencakup originasi/origination sebagai tingkat tertinggi (yaitu penemuan cara baru untuk melakukan tugas). Berikut adalah tingkatan ranah psikomotor menurut Elizabeth Simpson (1966 dalam Thomas, 2004).
1.      Persepsi (Perception)
Proses menyadari benda, kualitas, dan sebagainya melalui indera. Dasar dalam rantai situasi-interpretasi-tindakan mengarah pada aktivitas motorik. Dapat mencakup stimulasi sensorik, seleksi isyarat, dan penerjemahan.
2.      Set
Kesiapan terhadap tindakan atau pengalaman tertentu. Kesiapan atau penyesuaian persiapan ini dapat mencakup mental, fisik atau emosional.
3.      Respon Dipandu (Guided Response)
Perilaku yang jelas dari seorang individu dengan bimbingan instruktur, atau mengikuti model atau kriteria yang ditetapkan. Dapat mencakup meniru orang lain, atau trial and error sampai respon yang tepat diperoleh.
4.      Mekanisme (Mechanism)
Terjadi ketika respon yang dipelajari telah menjadi kebiasaan. Pada tingkat ini, peserta telah mencapai kepercayaan dan kemampuan atau kinerja tertentu. Tindakan menjadi bagian repertoar tanggapan yang mungkin terhadap stimulus dan tuntutan situasi yang dihadapinya.
5.      Kompleks (Complex)
Kinerja  respon yang jelas dari tindakan motorik yang kompleks karena adanya pola gerakan yang diperlukan. Dilakukan tanpa ragu-ragu, kinerja otomatis, secara halus dikoordinasikan dengan sangat mudah dan adanya kontrol otot.
6.      Adaptasi (Adaptation)
Mengubah kegiatan motorik untuk memenuhi tuntutan situasi yang bermasalah.
7.      Originasi (Origination)
Menciptakan tindakan motorik atau cara baru untuk memanipulasi keterampilan, kemampuan, dan pemahaman yang berkembang pada area psikomotor.

Sumber:
Thomas, K. (2004). Learning Taxonomies in Cognitive, Affective, and Psychomotor Domains. Rocky Mountain Alchemy.


Rabu, 25 Mei 2016
16:38 waktu laptopku
_Vani_

Friday, April 29, 2016

Pelatihan

Sudah lama sekali tidak menulis. Sekitar 6 bulanan mungkin. Tulisan berikut ini merupakan bagian dari bab 2 tesisku, yaitu mengenai pelatihan dan tahap-tahap yang dilakukan dalam program pelatihan.

Dalam bukunya, The Training Design Manual, Tony Bray (2006) mengartikan pelatihan sebagai “… any form of process designed to facilitate learning in the target audience.” Pelatihan dapat diartikan sebagai berbagai bentuk proses yang dirancang untuk memfasilitasi proses belajar pada peserta yang menjadi target. Belajar sendiri diartikan sebagai proses yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, sikap, atau keterampilan baru, sehingga mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan sebelumnya atau dapat melakukannya dengan lebih efektif (Bray, 2006).
Menurut  Furjanic dan Trotman (2000), terdapat 4 tahap yang dilakukan dalam program pelatihan, yaitu menilai (assess), merancang (design), melaksanakan pelatihan (deliver), dan melakukan evaluasi (evaluate).

Assess
Tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah pelatihan merupakan intervensi yang tepat untuk dilakukan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan asesmen diantaranya:
1)      Siapa yang membutuhkan pelatihan?
2)      Mengapa pelatihan dibutuhkan?
3)      Apa yang mendorong terlaksananya pelatihan tersebut?
4)      Apakah hasil pelatihan akan bisa diterapkan oleh peserta pelatihan?
5)      Tantangan apa yang akan dihadapi?
6)      Apakah melaksanakan pelatihan merupakan solusi yang realistis?
7)      Apakah masalah perlu untuk diselesaikan menggunakan pelatihan?

Design
Setelah menentukan bahwa pelatihan merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah, maka tahap berikutnya adalah merancang pelatihan tersebut. Terdapat 7 langkah dalam proses merancang pelatihan, yaitu:
1)      Mengumpulkan informasi.
2)      Membuat dan menandatangani kontrak.
3)      Mengidentifikasi keterampilan yang diharapkan dan ketarampilan yang dimiliki saat ini untuk menentukan gap.
4)      Mengembangkan tujuan pembelajaran.
5)      Mengumpulkan orang yang bisa membantu.
6)      Mengembangkan bahan presentasi, material, dan kegiatan yang akan dilakukan.
7)      Menentukan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan.

Deliver
Ketika melaksanakan pelatihan, sebaiknya mempertimbangkan bagaimana orang dewasa belajar. Menurut Malcolm S. Knowles (1996 dalam Furjanic & Trotman, 2000) terdapat 5 panduan umum mengenai cara belajar orang dewasa, yaitu:
1)      Allow for some self-direction. Orang dewasa perlu merasa bahwa mereka memiliki kontrol terhadap pembelajaran mereka.
2)      Value their experience and build on it. Orang dewasa yang hadir pada pelatihan memiliki pengalaman yang kaya. Mereka mampu dan akan menghubungkan pembelajaran baru dengan pengalaman yang sudah mereka miliki.
3)      Recognize their rediness to learn. Orang dewasa akan siap mempelajari materi yang mereka butuhkan untuk kepentingan praktis yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Help them solve problems. Orang dewasa belajar karena mereka tertarik untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi sehari-hari.
5)      Recognize internal motivation. Sebagian besar orang dewasa akan lebih termotivasi oleh faktor internal daripada faktor eksternal.

Evaluate
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick (2007), terdapat 4 tahap dalam mengevaluasi program pelatihan, yaitu evaluasi reaksi (reaction), evaluasi pembelajaran (learning), evaluasi perilaku (behavior), dan evaluasi hasil (result).
1)      Reaction
Evaluasi pada level ini mengukur bagaimana partisipan pelatihan memberikan reaksi. Dikemukakan juga sebagai pengukuran kepuasan peserta (a measure of customer satisfaction).
2)      Learning
Learning didefinisikan sebagai tingkatan perubahan sikap, penambahan wawasan dan pengetahuan, dan/atau peningkatan keterampilan (skills) sebagai hasil mengikuti program. Learning terjadi ketika 1 atau beberapa hal ini muncul:

  • Perubahan sikap
  •  Penambahan wawasan (pengetahuan)
  •  Peningkatan keterampilan (skills)

3)      Behavior
Behavior didefinisikan sebagai tingkatan di mana perubahan perilaku muncul karena partisipan mengikuti program pelatihan. Untuk memunculkan suatu perubahan, terdapat 4 syarat yang diperlukan:
·          Orang memiliki keinginan untuk berubah.
·          Orang mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya,
·          Orang melakukannya dalam iklim yang sesuai.
·          Orang diberi penghargaan atas perubahannya.
4)      Result
Result dapat didefinisikan sebagai hasil akhir karena partisipan menghadiri program tersebut.

Sumber:

  • Bray, T. (2006). The Training Design Manual: The Complete Practical Guide To Creating Effective And Successful Training Programmes. London and Philadelphia: Kogan Page. 
  • Furjanic, S. W., & Trotman, L. A. (2000). Turning Training Into Learning: How to Design and Deliver Programs That Get Results. United States of America: AMACOM.
  • Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2007). Implementation the Four Levels: A Practical Guide for Effective Evaluation of Training Programs. Berrett-Koehler Publishers.

Jumat, 29 April 2016
14:15 waktu laptopku
_Vani_