Tuesday, June 11, 2013

Normal Behavior Problem During Infant Through Adolescent

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, psikopatologi anak adalah “normal development gone awry” dan beberapa tingkah laku yang bermasalah adalah hal yang normal. Berikut akan dibahas beberapa tingkah laku bermasalah yang dapat dianggap sebagai hal yang normal sesuai dengan perkembangan anak dan remaja saat itu.

Campbell (1989, 2002 dalam Wenar & Kerig) menyebutkan beberapa masalah perkembangan yang bukan psikopatologis yang umum terjadi selama periode bayi sampai periode preschool. Berikut masalah perkembangan yang bukan psikopatologis tersebut.

The “Difficult” Infant (Bayi yang “sulit”)
Beberapa anak mudah untuk diasuh, sementara beberapa anak lainnya tidak mudah diasuh. Anak yang tidak mudah diasuh ini cenderung mudah marah, lambat beradaptasi pada perubahan dari kebiasaan sehari-hari, reaksinya berlebihan dan negatif, dan fungsi biologisnya tidak teratur.
Jika diasuh dengan sensitif, bayi yang “sulit” ini dapat mengatasi fase sulit ini. Tetapi jika pengasuhnya tidak sabar dan tidak toleran, atau mengubah kebiasaan sehari-hari secara tiba-tiba dan sering, kemungkinan masalah perilaku akan meningkat pada periode balita.

The Defiant Toddler (Balita yang Menantang)
Masalah disiplin dan ketidakpastian mengenai kapan dan bagaimana mengatur batasan merupakan kekhawatiran besar dari para orangtua yang memiliki anak balita. Kebanyakan, masalah yang dihadapi spesifik pada tahap tertentu dan tidak meninggalkan sisa.
Kesalahan pengasuhan (mismanagement) dari orang tua, misalnya terlalu mengatur, dapat meningkatkan kemungkinan masalah pada anak akan berkembang dan menetap.

The Insecurely Attached Child (Anak yang Tidak Aman Dalam Kasih Sayang)
Bayi yang memperoleh kasih sayang yang tidak membuatnya aman akan memiliki resiko berkembang menjadi anak-anak yang memiliki masalah pada area inisiatif dan relasi sosial.
Masalah tersebut tidak dapat dihindari, dan dapat diminimalisir dengan pengasuhan yang sensitif.

The Aggressive or Withdrawn Preschooler (Anak Preschool yang Agresif atau Menarik Diri/Pendiam)
Perilaku agresif terhadap anak sebayanya merupakan keluhan yang paling umum disampaikan oleh orangtua maupun guru dari anak preschool. Anak laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan anak perempuan.
Penarikan diri secara sosial cenderung jarang dan belum ada penelitian yang memuaskan mengenai hal ini. Terdapat bukti sementara yang menyatakan bahwa anak yang malu (shy) dan pendiam cenderung memiliki resiko yang lebih kecil untuk mengembangkan perilaku bermasalah dibandingkan dengan anak yang “mengganggu” (disruptive). Tetapi, resiko tersebut dapat meningkat dalam kasus-kasus ekstrem jika dikombinasikan dengan masalah internalisasi lainnya, seperti separation anxiety atau dysphoric mood.

Sementara itu, American Psychological Association (2002 dalam Wenar & Kerig) menyebutkan beberapa masalah perilaku yang normal terjadi selama masa remaja. Perilaku tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

The Oppositional Adolescent (Remaja yang Menentang)
Remaja seringkali melatih keterampilan penalaran lebih tinggi yang baru mereka miliki dengan berdebat dengan orang dewasa, terus menerus membantah dan melawan orang tua mereka. Mereka juga sering kali sangat kritis terhadap orang-orang dewasa di sekitar mereka, terlihat dengan sengaja mencari ketidaksesuaian, kontradiksi, atau pengecualian dari apa yang dikatakan orang dewasa.
Kesukaan remaja untuk menentang atau berdebat ini dapat dilihat sebagai bentuk latihan kognitif yang membantu remaja untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka.

The Overly Dramatic/Impulsive Youth (Anak Muda yang Mengikuti Dorongan/Terlalu Dramatis)
Tahun-tahun remaja merupakan masa mempertinggi emosionalitas dan, terkadang, berpikir terburu-buru. Remaja juga memiliki kecenderungan untuk terlalu melebih-lebihkan dan mendramatisir karena mereka mengalami dunia mereka dengan cara yang biasanya hebat (intense). Bagi remaja, apa yang ia alami saat itu memang terlihat menakutkan.

The Egocentric Teenager (Remaja yang Egosentris)
Remaja fokus untuk menjelajah masalah-masalah yang menonjol sesuai tahap perkembangannya, seperti identitas, peran gender, dan seksualitas. Hal itu membuat remaja terlihat fokus pada dirinya sendiri (“me-centered”) bagi orang dewasa. Seiring berjalannya waktu, remaja dapat diharapkan untuk mengembangkan orientasi yang lebih bersifat timbal-balik (reciprocal). Kemampuan mengambil perspektif tidak berkembang secara alami. Keterampilan ini dapat diajarkan.



Sumber: Wenar, Charles & Kerig, Patricia. Developmental Psychopathology, Fifth Edition.


Bandung, 11 Juni 2013
00:50 waktu laptopku

No comments:

Post a Comment