Friday, March 14, 2014

Landasan Teoritis Positive Parenting Program

Positive parenting program adalah bentuk intervensi keluarga berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran sosial (misalnya, Patterson, 1982). Pendekatan ini untuk pengobatan dan pencegahan gangguan masa kanak-kanak terutama mereka dengan masalah perilaku (lihat Kazdin, 1987; Sanders, 1996; Taylor & Biglan, 1998; Webster-Stratton & Hammond, 1997). Positive parenting program bertujuan untuk meningkatkan faktor pelindung keluarga dan untuk mengurangi faktor risiko yang terkait dengan masalah perilaku dan emosional yang berat pada anak-anak dan remaja.

Secara khusus program ini bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, kemandirian dan kapasitas sumberdaya dari orang tua; 
  2. Mempromosikan lingkungan yang memelihara (nurturing), aman, melibatkan (engaging), dan rendah konflik untuk anak-anak; dan 
  3. Mempromosikan kompetensi sosial, emosional, bahasa, intelektual dan perilaku anak-anak melalui praktek-praktek mengasuh secara positif.
Isi program mengacu pada hal-hal berikut:
  1. Model pembelajaran sosial dari interaksi orangtua-anak yang menyoroti interaksi orangtua-anak yang bersifat timbal balik dan dua arah (misalnya, Patterson, 1982). Model ini mengidentifikasi mekanisme pembelajaran dan memprediksi perilaku antisosial di masa depan anak-anak, yaitu pola interaksi keluarga yang memaksa dan disfungsional (Patterson, Reid, & Dishion, 1992). Karenanya, program secara khusus mengajarkan orang tua mengenai keterampilan manajemen anak yang positif sebagai alternatif untuk praktik pengasuhan yang memaksa, tidak memadai, atau tidak efektif.
  2. Penelitian pada terapi perilaku keluarga dan anak (child and family behavior therapy), serta analisis perilaku terapan (applied behavior analysis), yang telah mengembangkan banyak strategi perubahan perilaku yang berguna, terutama penelitian yang fokus pada menata ulang anteseden perilaku bermasalah dengan merancang lingkungan yang lebih positif dan menarik untuk anak-anak (Risley, Clarke, & Cataldo, 1976; Sanders, 1992, 1996).
  3. Penelitian pengembangan tentang parenting dalam konteks sehari-hari . Program ini menargetkan kompetensi anak-anak di dalam konteks yang terjadi sehari-hari, membuat gambaran yang menelusuri asal-usul kompetensi sosial dan intelektual untuk hubungan orangtua–anak sejak dini (misalnya, Hart & Risley, 1995; White, 1990). Risiko anak terkena masalah perilaku dan emosional yang berat berkurang dengan mengajarkan orang tua untuk menggunakan interaksi alami yang terjadi sehari-hari untuk mengajarkan bahasa, keterampilan sosial, kompetensi perkembangan dan kemampuan memecahkan masalah pada anak-anak dalam konteks emosional yang mendukung. Penekanan khusus adalah dengan menggunakan interaksi yang dimulai oleh anak sebagai konteks penggunaan pengajaran insidental (Hart & Risley, 1975). Anak-anak berisiko lebih besar terhadap masalah perkembangan, termasuk masalah perilaku, jika mereka gagal memperoleh kompetensi bahasa dan kontrol impuls selama usia dini (early childhood) (Hart & Risley, 1995).
  4. Model pengolahan informasi sosial yang menyoroti peran penting dari kognisi orangtua seperti atribusi, harapan, dan keyakinan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap self-efficacy, pengambilan keputusan, dan intensi perilaku orangtua (misalnya, Bandura, 1977, 1995). Atribusi orang tua secara khusus ditargetkan dalam intervensi dengan mendorong orang tua untuk mengidentifikasi alternatif penjelasan interaksi sosial terhadap perilaku anak-anak dan perilaku orang tua.
  5. Penelitian dari bidang psikopatologi perkembangan yang telah mengidentifikasi risiko spesifik dan faktor pelindung yang terkait dengan hasil perkembangan yang merugikan pada anak-anak (misalnya, Emery, 1982; Grych & Fincham, 1990; Hart & Risley, 1995; Rutter, 1985). Secara khusus, faktor risiko praktek manajemen orang tua yang buruk, konflik perkawinan keluarga, dan parental distress merupakan target program. Karena perselisihan orang tua merupakan faktor risiko spesifik terhadap berbagai bentuk psikopatologi anak dan remaja (Grych & Fincham, 1990; Rutter, 1985; . Sanders et al, 1997), maka program ini mendorong kolaborasi dan kerja sama antara pengasuh dalam membesarkan anak-anak. Meningkatkan komunikasi pasangan merupakan wahana penting untuk mengurangi konflik perkawinan mengenai masalah membesarkan anak, dan untuk mengurangi distress pribadi orang tua dan anak-anak dalam hubungan berkonflik (Sanders, Markie-Dadds & Turner, 1998) . Triple P juga menargetkan reaksi emosional distress pada orang tua, termasuk depresi, kemarahan, kecemasan, dan tingkat stres yang tinggi, terutama terhadap peran pengasuhan (Sanders, Markie-Dadds, & Turner, 1999). Distress bisa diatasi dengan orang tua mengembangkan keterampilan pengasuhan yang lebih baik, yaitu pengasuhan yang mengurangi perasaan tidak berdaya, depresi, dan stres. Peningkatan tingkat intervensi menggunakan teknik cognitive behavior therapy untuk memantau suasana hati, menantang kognisi dan atribusi yang disfungsional, dan dengan mengajarkan keterampilan coping spesifik pada orang tua dengan situasi pengasuhan berisiko tinggi.
  6. Perspektif kesehatan penduduk mengenai intervensi keluarga yang melibatkan pengakuan eksplisit mengenai peran konteks ekologi yang lebih luas bagi perkembangan manusia (misalnya, Biglan, 1995; Mrazek & Haggerty, 1994; National Institute of Mental Health, 1998). Seperti yang ditunjukkan oleh Biglan (1995), pengurangan perilaku antisosial pada anak-anak membutuhkan konteks masyarakat untuk mengubah pengasuhan. Media dan strategi promosi triple P sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dari intervensi bertujuan untuk mengubah konteks pengasuhan ekologi yang lebih luas ini. Hal ini dilakukan dengan normalisasi pengalaman orangtua, khususnya proses berpartisipasi dalam pendidikan orang tua, dengan mengurangi sense of social isolation orang tua, meningkatkan dukungan sosial dan emosional dari orang lain di masyarakat, dan memvalidasi dan mengakui secara terbuka mengenai pentingnya pengasuhan dan kesulitan pengasuhan. Program ini juga melibatkan keterlibatan masyarakat secara aktif dan dukungan dalam program melalui keterlibatan para pemegang kepentingan utama di masyarakat (misalnya tokoh masyarakat, bisnis, sekolah, dan organisasi sukarela).

Sumber:
sebuah jurnal oleh Matthew R. Sanders, Carol Markie‐Dadds and Karen M.T. Turner (2003)
(untuk sementara, sumber sengaja tidak dituliskan.. :P)


Bandung, 14 Maret 2014
12:13 waktu laptopku

_Vani_

No comments:

Post a Comment