Saturday, March 15, 2014

TOWARDS A MODEL OF PARENTAL COMPETENCE

Pendekatan edukatif untuk mempromosikan kompetensi orangtua di Triple P memandang pengembangan kapasitas orang tua untuk self-regulation merupakan keterampilan sentral. Orang tua diajarkan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk menjadi pemecah masalah yang independen. Karoly (1993) mendefinisikan self-regulation sebagai berikut:
“Self-regulation refers to those processes, internal and or transactional, that enable an individual to guide his/her goal directed activities over time and across changing circumstances (contexts). Regulation implies modulation of thought, affect, behavior, and attention via deliberate or automated use of specific mechanisms and supportive metaskills. The processes of self-regulation are initiated when routinized activity is impeded or when goal directedness is otherwise made salient (e.g., the appearance of a challenge, the failure of habitual patterns; etc) (p.25).

Jika diartikan, kira-kira sebagai berikut.
Self-regulation mengacu pada proses-proses, internal dan atau transaksional, yang memungkinkan seorang individu untuk mengarahkan kegiatannya pada tujuan dari waktu ke waktu dan seluruh perubahan keadaan (konteks). Regulasi menyiratkan modulasi pemikiran, perasaan, perilaku, dan perhatian dengan sengaja atau penggunaan mekanisme tertentu dan metaskills pendukung secara otomatis. Proses self-regulation dimulai ketika aktivitas rutin terhambat atau ketika pengarahan tujuan dibuat menonjol (misalnya, munculnya tantangan, kegagalan pola kebiasaan, dll).

Definisi ini menekankan bahwa proses self-regulatory yang tertanam dalam konteks sosial yang tidak hanya menyediakan peluang dan keterbatasan untuk self-directedness individu, tetapi menyiratkan pertukaran timbal balik yang dinamis antara faktor-faktor penentu motivasi internal dan eksternal manusia.
Dari perspektif terapeutik, self-regulatory adalah suatu proses dimana individu diajarkan keterampilan untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Keterampilan ini meliputi:
  • bagaimana memilih tujuan sesuai dengan tahapan perkembangan, 
  • memantau perilaku anak atau diri orang tua sendiri, 
  • memilih metode intervensi yang tepat untuk masalah tertentu, 
  • menerapkan solusi, 
  • self-monitor pelaksanaan solusinya melalui daftar periksa yang berkaitan dengan bidang yang menjadi perhatian, dan 
  • mengidentifikasi kekuatan atau keterbatasan dalam kinerja mereka dan menetapkan tujuan masa depan untuk bertindak.

Kerangka self-regulatory ini dioperasionalkan menjadi:
1.       Self-sufficiency
Karena program parenting terbatas waktu, maka orang tua harus menjadi pemecah masalah yang independen sehingga mereka percaya pada penilaian mereka sendiri dan menjadi kurang bergantung pada orang lain dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan dasar. Orang tua yang mandiri (self-sufficient) memiliki ketahanan, akal (resourcefulness), pengetahuan dan keterampilan dengan keyakinan.

2.       Parental self-efficacy
Hal ini mengacu pada keyakinan orang tua bahwa mereka dapat mengatasi atau memecahkan masalah pengasuhan atau manajemen anak. Orang tua dengan self-efficacy tinggi memiliki harapan yang lebih positif tentang kemungkinan perubahan.

3.       Self-management
Merupakan alat atau keterampilan yang orang tua gunakan untuk menjadi lebih mandiri termasuk self-monitoring, self-determination terhada standar dan tujuan kinerja, evaluasi diri (self-evaluation) terhadap beberapa kriteria kinerja, dan self-selection terhadap strategi perubahan. Karena setiap orang tua bertanggung jawab terhadap cara yang mereka pilih untuk membesarkan anak-anak mereka, maka orang tua memilih aspek mereka sendiri, memilih teknik pengasuhan dan manajemen anak spesifik yang ingin mereka laksanakan, dan mengevaluasi (self-evaluate) keberhasilan mereka dengan tujuan yang mereka pilih terhadap kriteria yang mereka tentukan sendiri (self-determined).
Triple P bertujuan untuk membantu orang tua membuat keputusan dengan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari penelitian kontemporer ke dalam praktek membesarkan anak yang efektif. Proses pelatihan keterampilan aktif dimasukkan ke dalam Triple P agar mengaktifkan keterampilan untuk dimodelkan dan dipraktekkan. Orang tua menerima umpan balik mengenai pelaksanaan dari keterampilan yang dipelajarinya dalam konteks yang mendukung, menggunakan kerangka pengaturan diri (self-regulatory) (lihat Sanders, Markie-Dadds & Turner, 2000).

4.       Personal Agency
Di sini orangtua semakin mengubah atau memperbaiki atribut mereka. Mereka lebih fokus pada usaha mereka sendiri atau anak mereka daripada kesempatan, usia, faktor kematangan, atau kejadian yang tidak terkendali lainnya (misalnya, pengasuhan anak yang buruk yang dilakukan partner (misalnya pasangan mereka) atau gen). Hasil ini dicapai dengan mendorong orang tua untuk mengidentifikasi penyebab atau penjelasan terhadap perilaku anak mereka atau perilaku mereka sendiri. Penyebab atau penjelasan yang diidentifikasi adalah yang berpotensi untuk dimodifikasi.


Mendorong orang tua untuk menjadi mandiri (self-sufficient) berarti bahwa orang tua menjadi lebih terhubung dengan jaringan dukungan sosial (misalnya pasangan, keluarga, teman dan dukungan perawatan anak). Namun, konteks ekologi yang lebih luas dimana keluarga hidup tidak dapat diabaikan (misalnya kemiskinan, lingkungan yang berbahaya, masyarakat, etnis dan budaya). Hipotesisnya adalah semakin mandiri (self-sufficient) orang tua, semakin besar kemungkinan mereka menjadi tangguh dalam menghadapi kesulitan, mencari dukungan yang tepat ketika mereka membutuhkannya, menjadi pendukung untuk anak-anak, terlibat dalam pendidikan anak mereka, dan melindungi anak-anak dari bahaya (misalnya dengan mengelola konflik dengan pasangan, dan menciptakan lingkungan yang aman dan konflik rendah).


Sumber:
sebuah jurnal oleh Matthew R. Sanders, Carol Markie‐Dadds and Karen M.T. Turner (2003)
(untuk sementara, sumber sengaja tidak dituliskan.. :P)


Bandung, 15 Maret 2014
08:51 waktu laptopku

_Vani_

No comments:

Post a Comment