Agresi dapat didefinisikan
sebagai perilaku yang menyebabkan diri sendiri atau orang lain terluka. Luka
tersebut dapat berbentuk psikologis maupun fisik.
Unprovoked aggression dapat diartikan bahwa anak berusaha untuk
menguasai teman-teman sebayanya melalui penyerangan fisik maupun serangan
verbal. Bentuk penyerangan fisik misalnya memukul, menggit, menendang,
melemparkan barang-barang, mendorong, dan meludahi. Bentuk serangan verbal
misalnya memanggil dengan nama yang jelek, mengejek, mengatakan kata-kata yang
tidak seharusnya diucapkan, memerintah, menghina, senang bertengkar, dan
mengancam.
Anak yang terus menerus dan terlalu sering memperlihatkan perilaku
agresif cenderung impulsif, mudah marah, belum matang, tidak dapat mengungkapkan
perasaannya, dan berorientasi tindakan. Selain self-centered, anak yang agresif memiliki kesulitan untuk menerima
kritik dan frustrasi.
Anak yang memiliki IQ rendah cenderung untuk menampilkan perilaku
agresif. Hal ini mungkin karena cara memecahkan konflik atau menyelesaikan
masalah yang lebih halus dan rumit sulit dipelajari oleh mereka.
Antara usia 3 sampai 7 tahun,
anak menjadi semakin baik dalam mengontrol agresi mereka.
Anak 2 tahun mungkin akan
menyelesaikan perselisihan dengan memukul anak lain menggunakan benda.
Anak usia 4 tahun lebih
cenderung untuk berdebat dengan orang lain untuk menyelesaikan perselisihan,
minimal beberapa kali.
Pada usia 8-9 tahun, anak
secara wajar akan terkontrol dengan baik, meskipun pertengkaran yang hebat dan
singkat masih mungkin terjadi.
Kecenderungan munculnya perilaku agresif yang berlebihan (baik secara fisik maupun
verbal) pada anak laki-laki maupun anak perempuan cenderung sama. Penelitian menunjukkan
bahwa 1% dari anak-anak yang berusia 10 tahun terus menerus menampilkan overaggressive.
Sumber:
Schaefer, C.E. & Millman, H.L. 1981. How to Help Children with Common Problem. New York: Van Nostrand Reinhold Vompany.
Bandung, 16 Maret 2014
18:38 waktu laptopku
_Vani_
No comments:
Post a Comment