Pendekatan edukatif untuk
mempromosikan kompetensi orangtua di Triple P memandang pengembangan kapasitas
orang tua untuk self-regulation merupakan
keterampilan sentral. Orang tua diajarkan keterampilan yang memungkinkan mereka
untuk menjadi pemecah masalah yang independen. Karoly (1993) mendefinisikan self-regulation sebagai berikut:
“Self-regulation refers to those processes, internal and or transactional, that enable an individual to guide his/her goal directed activities over time and across changing circumstances (contexts). Regulation implies modulation of thought, affect, behavior, and attention via deliberate or automated use of specific mechanisms and supportive metaskills. The processes of self-regulation are initiated when routinized activity is impeded or when goal directedness is otherwise made salient (e.g., the appearance of a challenge, the failure of habitual patterns; etc) (p.25).”
Jika diartikan, kira-kira sebagai berikut.
Self-regulation
mengacu pada proses-proses, internal dan atau transaksional, yang memungkinkan
seorang individu untuk mengarahkan kegiatannya pada tujuan dari waktu ke waktu
dan seluruh perubahan keadaan (konteks). Regulasi menyiratkan modulasi
pemikiran, perasaan, perilaku, dan perhatian dengan sengaja atau penggunaan mekanisme
tertentu dan metaskills pendukung secara otomatis. Proses self-regulation dimulai ketika aktivitas rutin terhambat atau
ketika pengarahan tujuan dibuat menonjol (misalnya, munculnya tantangan,
kegagalan pola kebiasaan, dll).
Definisi ini menekankan bahwa proses
self-regulatory yang tertanam dalam
konteks sosial yang tidak hanya menyediakan peluang dan keterbatasan untuk self-directedness individu, tetapi
menyiratkan pertukaran timbal balik yang dinamis antara faktor-faktor penentu motivasi
internal dan eksternal manusia.
Dari perspektif terapeutik, self-regulatory adalah suatu proses
dimana individu diajarkan keterampilan untuk memodifikasi perilaku mereka
sendiri. Keterampilan ini meliputi:
- bagaimana memilih tujuan sesuai dengan tahapan perkembangan,
- memantau perilaku anak atau diri orang tua sendiri,
- memilih metode intervensi yang tepat untuk masalah tertentu,
- menerapkan solusi,
- self-monitor pelaksanaan solusinya melalui daftar periksa yang berkaitan dengan bidang yang menjadi perhatian, dan
- mengidentifikasi kekuatan atau keterbatasan dalam kinerja mereka dan menetapkan tujuan masa depan untuk bertindak.
Kerangka self-regulatory ini dioperasionalkan menjadi:
1. Self-sufficiency
Karena
program parenting terbatas waktu,
maka orang tua harus menjadi pemecah masalah yang independen sehingga mereka
percaya pada penilaian mereka sendiri dan menjadi kurang bergantung pada orang
lain dalam melaksanakan tanggung jawab pengasuhan dasar. Orang tua yang mandiri
(self-sufficient) memiliki ketahanan,
akal (resourcefulness), pengetahuan
dan keterampilan dengan keyakinan.
2.
Parental
self-efficacy
Hal
ini mengacu pada keyakinan orang tua bahwa mereka dapat mengatasi atau memecahkan
masalah pengasuhan atau manajemen anak. Orang tua dengan self-efficacy tinggi memiliki harapan yang lebih positif tentang
kemungkinan perubahan.
3.
Self-management
Merupakan alat atau keterampilan yang orang tua
gunakan untuk menjadi lebih mandiri termasuk self-monitoring, self-determination
terhada standar dan tujuan kinerja, evaluasi diri (self-evaluation) terhadap beberapa kriteria kinerja, dan self-selection
terhadap strategi perubahan. Karena setiap orang tua bertanggung jawab terhadap
cara yang mereka pilih untuk membesarkan anak-anak mereka, maka orang tua
memilih aspek mereka sendiri, memilih teknik pengasuhan dan manajemen anak spesifik
yang ingin mereka laksanakan, dan mengevaluasi (self-evaluate) keberhasilan mereka dengan tujuan yang mereka pilih
terhadap kriteria yang mereka tentukan sendiri (self-determined).
Triple
P bertujuan untuk membantu orang tua membuat keputusan dengan berbagi
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari penelitian kontemporer ke
dalam praktek membesarkan anak yang efektif. Proses pelatihan keterampilan aktif
dimasukkan ke dalam Triple P agar mengaktifkan keterampilan untuk dimodelkan
dan dipraktekkan. Orang tua menerima umpan balik mengenai pelaksanaan dari
keterampilan yang dipelajarinya dalam konteks yang mendukung, menggunakan
kerangka pengaturan diri (self-regulatory)
(lihat Sanders, Markie-Dadds & Turner, 2000).
4.
Personal
Agency
Di
sini orangtua semakin mengubah atau memperbaiki atribut mereka. Mereka lebih
fokus pada usaha mereka sendiri atau anak mereka daripada kesempatan, usia,
faktor kematangan, atau kejadian yang tidak terkendali lainnya (misalnya,
pengasuhan anak yang buruk yang dilakukan partner
(misalnya pasangan mereka) atau gen). Hasil ini dicapai dengan mendorong orang
tua untuk mengidentifikasi penyebab atau penjelasan terhadap perilaku anak
mereka atau perilaku mereka sendiri. Penyebab atau penjelasan yang
diidentifikasi adalah yang berpotensi untuk dimodifikasi.
Mendorong orang tua untuk menjadi
mandiri (self-sufficient) berarti
bahwa orang tua menjadi lebih terhubung dengan jaringan dukungan sosial
(misalnya pasangan, keluarga, teman dan dukungan perawatan anak). Namun, konteks
ekologi yang lebih luas dimana keluarga hidup tidak dapat diabaikan (misalnya
kemiskinan, lingkungan yang berbahaya, masyarakat, etnis dan budaya). Hipotesisnya
adalah semakin mandiri (self-sufficient)
orang tua, semakin besar kemungkinan mereka menjadi tangguh dalam menghadapi
kesulitan, mencari dukungan yang tepat ketika mereka membutuhkannya, menjadi
pendukung untuk anak-anak, terlibat dalam pendidikan anak mereka, dan
melindungi anak-anak dari bahaya (misalnya dengan mengelola konflik dengan pasangan,
dan menciptakan lingkungan yang aman dan konflik rendah).
sebuah jurnal oleh Matthew R. Sanders, Carol Markie‐Dadds and Karen M.T. Turner (2003)
(untuk sementara, sumber sengaja tidak dituliskan.. :P)
Bandung, 15 Maret 2014
08:51 waktu laptopku
_Vani_
No comments:
Post a Comment