Ketika orang tua merasa marah, frustrasi, atau terganggu dengan
pperilaku anak, orang tua dapat menyampaikan perasaannya dengan baik melalui
Pesan-Saya, bukan mengomel, berteriak, atau mengkritik.
Pesan-Saya mengandung 3 bagian, yaitu:
1.
Pernyataan yang jelas mengenai apa yang
dirasakan orang tua,
2.
Pernyataan perilaku yang menyebabkan orang tua
merasakan hal itu, dan
3.
Pernyataan yang menjelaskan mengapa perilaku itu
mengesalkan orang tua.
Orang tua membutuhkan waktu untuk menganalisis perasaan mereka dan
lebih menyadari apa yang mereka rasakan. Gordon (dalam Books, 2011) menunjukkan
bahwa sering kali ketia orang tua membicarakan kemarahannya pada anak, orang
tua sebenarnya merasa kecewa, takut, frustrasi, atau terluka. Orang tua yang
telah belajar menggunakan Pesan-Saya yang tepat cenderung jarang salah dalam
menempatkan kemarahan dan menggunakan anak sebagai kambing hitam.
Apa yang harus dilakukan orang tua jika anak tidak memperhatikan
Pesan-Saya?
Pertama, pastikan anak dapat memperhatikan Pesan-Saya. Jangan mencoba
menyampaikan perasaan ketika anak sedang terburu-buru atau sibuk tenggelam
dalam kegiatan lain.
Jika Pesan-Saya diabaikan, katakan pesan lain yang lebih kuat dengan
nada bicara yang lebih tegas.
Kadang, anak merespon Pesan-Saya dengan Pesan-Saya. Misalnya, ketika orang
tua menunjukkan kekesalan karena rumput tidak dipotong, anak perempuan mungkin
menyatakan bahwa ia kesal karena memotong rumput mengganggu kegiatan setelah
sekolahnya. Pada titik ini, orang tua harus “mengganti perneling”, seperti
ditekankan yang Gordon (dalam Books, 2011), dan merefleksikan kembali rasa
frustrasi anak dengan mendengar aktif.
Pesan-Saya memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Ketika
orang tua menggunakan Pesan-Saya, mereka mulai menganggap kebutuhan anak dengan
serius. Proses ini menguntungkan dalam semua hubungan keluarga karena orang
tua merasa lebih bebas –lebih menjadi dirinya sendiri –dalam semua area
kehidupan.
2. Anak
mempelajari reaksi orang tua, yang mungkin belum mereka pahami hingga munculnya
Pesan-Saya.
3. Anak mendapat
kesempatan mengatasi masalah dalam merespon Pesan-Saya. Bahkan, anak balita
dan prasekolah pun memiliki ide, tidak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi
juga bagi orang lain. Mereka memikirkan hal-hal yang dapat mengalihkan
perhatian orang tua.
4. Pesan-Saya
dapat menunjukkan apresiasi. “Saya merasa senang ketika kamu membantu saya
mencuci piring karena setelah ini kita memiliki waktu untuk berbelanja
keperluan sekolahmu.”
5. Pesan-Saya
juga bermanfaat dalam mencegah masalah dan membantu anak melihat bahwa orang
tuanya memiliki kebutuhan juga.
Pesan ini
diistilahkan dengan Pesan-Saya Preventif.
Pesan ini menunjukkan keinginan dan kebutuhan orang tua di masa mendatang dan
memberi kesempatan pada anak untuk meresponnya dengan positif. Misalnya, jika
orang tua mengatakan, “Saya butuh ketenangan agar dapat menyetir mobil,” anak
mempelajari apa yang harus dilakukan agar dapat membantu hal ini.
Sumber:
"The Process of Parenting" oleh Jane Brooks (2011).
Bandung, 17 Maret 2014
21:59 waktu laptopku
_Vani_
No comments:
Post a Comment